PENDEKATAN
SEJARAH FILSAFAT

Kelompok 1 :
Abdullah
Indah Noviana Ningrum
Putri Chintya Indiarso
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Pendidikan
Kelas : III/ B
PRODI
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
– BANTEN
A. Pengertian Filsafat
1.1 Pengertian Filasfat secara umum
1.1 Pengertian Filasfat secara umum
Filsafat adalah studi
tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan
dijabarkan dalam konsep mendasar.Filsafat tidak didalami dengan melakukan
eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan
masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan
alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu
dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika.
Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama
dipelajari dalam matematika dan
filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi
tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi,
keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti
perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak
tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan
segala hal.
1.2
Pengertian filsafat dapat di tijau dari 2 segi :
1.
Etimologi
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسفة,
yang juga diambil dari bahasa Yunani;
Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata
majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.)
dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya
adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”.
Kata filosofi yang
dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia.
Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia
seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut"filsuf".
2.
Arti Termionologi
Arti
terminologi maksudnya arti yang di kandung oleh istilah-istilah stemen
“filsafat”.
• Menurut plato, filsafat adalah pengaturan yang terminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
• Menurut plato, filsafat adalah pengaturan yang terminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
• Menurut Aristoteles
filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang tekadang di
dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi politik dan
estetika (filsafat keindahan).
• Hasbullah Bakry,
ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai keutuhan alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia
dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya telah di capai pengetahuan itu.
Adapun ahli Mudhofir
(1996) memberikan arti filsafat sangat beragam:
- Filsafat sebagai
suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta, sikap secara filsafat adalah
sikap menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran dan selalu tersedia menunjau
suatu problem dari semua sudut pandang.
- Filsafat sebagai
suatu metode artinya cara berpikir secara reflektif (mendalam), penyelidikan
yang menggunkan alasan, berpikir secara hati-hati dan teliti.
- Filsafat merupakan usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh mencoba menggantungkan beberapa kesimpulan dari berbagai ilmu dan pengalaman manusia menjadi suatu pedagang dunia yang konsisten.
- Filsafat merupakan usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh mencoba menggantungkan beberapa kesimpulan dari berbagai ilmu dan pengalaman manusia menjadi suatu pedagang dunia yang konsisten.
Jadi
dari batasan-batasan di atas tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa filsafat
adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara
mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakekatnya.
1.3 Pengrertian Filsafat menurut para ahli
Pengertian
Filsafat Menurut Al-Farabi.
Filsuf
Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan : Filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang
sebenarnya.
Pengertian
Filsafat Menurut Plato.
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Filsafat adalah
penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala
sesuatu yang ada.
Pengertian
Filsafat Menurut Notonegoro.
Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari
sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
Pengertian
Filsafat Menurut Prof. Mr.Mumahamd Yamin.
Filsafat
ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia menemui kepribadiannya
seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
Pengertian
Filsafat Menurut Aristoteles.
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa
berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab –penyebab dari realitas yang
ada. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang yang berupaya mempelajari “peri
ada selaku peri ada” (being as being) atau “peri ada sebagaimana adanya” .
Pengertian
Filsafat Menurut Rene Descrates.
Filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang
pangkal penyelidikannya adalah mengenai tuhan, alam, dan manusia.
Pengertian
Filsafat Menurut William James.
Filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat
untuk berpikir yang jelas dan terang.
Pengertian
Filsafat Menurut R.F. Beering.
Filsafat
adalah suatu usaha untuk mencapai radix atau akar kenyataan dunia wujud, juga
akar pengetahuan tentang diri sendiri.
Pengertian
Filsafat Menurut Sarwoko.
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang bersumber dari
nur cahaya kodrati dan akal budi untuk mencari informasi tentang sebab musabab
pertama (azas tertinggi) dari segala sesuatu.
Pengertian
Filsafat Menurut Paus Leo XIII.
Filsafat tidak berkepentingan untuk mencari kebenaran,
dengan masing-masing premis atau subjek proposisi bagi sebuah penelitian yang
cermat.
Pengertian
Filsafat Menurut Marcus Tullius Cicero.
Filsafat
adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk
mencapainya.
Pengertian
Filsafat Menurut Immanuel Kant.
Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan
yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:
·
Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika).
·
Apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika).
·
Sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh agama).
·
Apa itu manusia ( dijawab oleh Antropologi ).
Pengertian
Filsafat Menurut Prof. Dr. Fuad Hasan.
Filsafat
adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu
gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan
penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada
kesimpulan-kesimpulan yang universal.
Pengertian
Filsafat Menurut Drs H. Hasbullah Bakry.
Ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala
sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat
dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah
mencapai pengetahuan itu. Yang menjadi persamaan dari semua para ahli
tentang filsafat yaitu sebuah ilmu untuk menyelidiki segala sesuatu secara
mendalam. Sedangkan perbedaannya adalah kalau menurut plato dan Aristoteles
filsafat adalah ilmu pengetahuan untuk mengetahui nilai kebenaran tentang
segala sesuatu. Sedangkan menurut yang lainnya bahwa filsafat itu adalah ilmu
untuk memahami atau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis
hakikat Tuhan, hakikat alam semesta, hakikat manusia. Perbedaan itu disebabkan
oleh perbedaan konotasi filsafat yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan
pandangan hidup yang berbeda serta akibat perkembangan filsafat itu sendiri.
Pengertian
Filsafat Menurut Johann Gotlich Fickte.
Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari
ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan
sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan
seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
Pengertian
Filsafat Menurut Paul Nartorp.
Filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak
menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang
sama, yang memikul sekaliannya .
Pengertian
Filsafat Menurut Driyakarya.
Filsafat
sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan
berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa
yang penghabisan “.
Pengertian
Filsafat Menurut Sidi Gazalba.
Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran
untuk kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir
radikal, sistematik dan universal.
Pengertian
Filsafat Menurut Harold H. Titus.
·
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam
yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik
atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi.
·
Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan.
·
Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata
dan pengertian ( konsep ).
·
Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang
dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
Pengertian
Filsafat Menurut Stephen R. Toulmin.
Filsafat adalah Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat
ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses
penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan,
metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis,
dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari
sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika.
Pengertian
Filsafat Menurut Prof.Dr.Ismaun, M.Pd.
Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia
dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh, yakni secara kritis
sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan
menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang
sejati.
Pengertian
Filsafat Menurut Bertrand Russel.
Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah
antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi , filsafat berisikan
pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan definitif
tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains,
filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun
otoritas wahyu.
Pengertian
Filsafat Menurut Al Kindi.
Pengertian filsafat di kalangan umat Islam membagi
filsafat itu dalam tiga lapangan :
·
Ilmu Fisika (al-ilmu al-tabiyyat), merupakan
tingkatan terendah;
·
Ilmu Matematika (al-ilmu al-riyadil), tingkatan
tengah;
·
Ilmu Ketuhanan (al-ilmu ar-rububiyyat), tingkatan
tertinggi.
Pengertian
Filsafat Menurut Fichte.
Filsafat sebagai Wissenschafslehre :
ilmu dari ilmu-ilmu, yakni ilmu yang umum, yang menjadi dasar segala ilmu.
1.4 Klasifikasi
Dalam
membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan
yang sama , menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan
latar belakangbudaya, bahasa, bahkan agama tempat tradisi filsafat itu
dibangun.
Oleh
karena itu, filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan latar
belakang budayanya. Dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar
menurut wilayah dan menurut latar belakang agama.
Menurut
wilayah, filsafat bisa dibagi menjadi: filsafat barat, filsafat timur, dan
filsafat Timur Tengah. Sementara, menurut latar belakang agama,
filsafat dibagi menjadi: filsafat Islam, filsafat Budha, filsafat Hindu, dan filsafat Kristen.
B.
Pendekatan Sejarah
Munculnya
filsafat
Filsafat,
terutama Filsafat barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M..
Filsafat muncul ketika orang-orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan
alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri
kepada [agama] lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di
daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir.
Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada
kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas. Orang Yunani
pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta, sekarang di
pesisir barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar tentu saja
ialah: Sokrates, Plato dan Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan
Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah
filsafat tidak lain hanyalah “Komentar-komentar karya Plato belaka”. Hal ini
menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat. Buku
karangan plato yg terkenal adalah berjudul "etika, republik, apologi,
phaedo, dan krito.
Dilihat dari pendekatan historis, ilmu filsafat dipahami
melalui sejarah perkembangan pemikiran filsafat. Menurut catatan
sejarah,filsafat Barat bermula di Yunani. Bangsa Yunani mulai mempergunakan
akal ketika mempertanyakan mitos yang berkembang di masyarakat sekitar abad VI
SM . Perkembangan pemikiran ini menandai usaha manusia untuk mempergunakan akal dalam memahami segala sesuatu.
Pemikiran Yunani sebagai embrio filsafat Barat berkembang menjadi titik tolak
pem ikiran Barat abad pertengahan,modern dan masa berikutnya.
Di
samping menempatkan filsafat sebagai sumber pengetahuan, Barat juga menjadikan
agama sebagai pedoman hidup,meskipun memang harus diakui bahwa hubungan
filsafat dan agama mengalami pasang surut. Pada abad pertengahan misalnya dunia
Barat didominasi oleh dogmatisme gereja (agama),tetapi abad modern seakan
terjadi pembalasan terhadap agama. Peran agama di masa modern digantikan
ilmu-ilmu positif. Akibatnya,Barat mengalami kekeringan spiritualisme. Namun
selanjutnya, Barat kembali melirik kepada peranan agama agar kehidupan mereka
kembali memiliki makna.
Secara
garis besar,perkembangan
sejarah filsafat dibagidalam lima tahap:
1. Filsafat Yunani Klasik
2. Filsafat Yunani
3. Filsafat Abad Pertengahan
4. Filsafat Modern
5. Filsafat Posmodern
2.1
Filsafat Yunani Klasik
Bangsa Yunani merupakan bangsa yang pertama
kali berusaha menggunakan akal untuk berpikir. Kegemaran bangsa Yunani merantau
secara tidak langsung menjadi sebab meluasnya tradisi berpikir bebas yang
dimiliki bangsa Yunani.
Menurut Barthelemy, kebebasan berpikir bangsa
Yunani disebabkan di Yunani sebelumnya tidak pernah ada agama yang didasarkan
pada kitab suci. Keadaan tersebut jelas berbeda dengan Mesir, Persia, dan
India. Sedangkan Livingstone berpendapat bahwa adanya kebebasan berpikir bangsa
Yunani dikarenakan kebebasan mereka dari agama dan politik secara bersamaan.
Pada masa Yunani kuno,filsafat secara umum
sangat dominan,meski harus diakui bahwa agama masih kelihatan memainkan peran.
Hal ini terjadi pada tahap permulaan, yaitu pada masa Thales (640-545 SM ).
Demikian juga Phitagoras (572-500SM
) belum murni rasional.
Pada
masa Yunani Klasik, pertanyaan-pertanyaan yang berkembang adalah pertanyaan
yang berhubungan alam semesta. Ini berangkat dari kekaguman manusia terhadap
hal-hal yang ada di sekitarnya. Sebagai contoh, ketika manusia melihat segala
sesuatu yang ada di sekeliling mereka, muncul pertanyaan-pertanyaan mengenai
segala sesuatu itu. Begitu pun para filsuf zaman Yunani klasik ini. Mereka mempertanyakan
hakikat kehidupan ini. Sebagai contoh,Thales, salah seorang filsuf yang hidup pada masa itu,
mendapatkan kesimpulan bahwa penyebab pertama kehidupan adalah air karena
ia melihat adanya kehidupan ini karena ada
air.
Ajaran Etik Sokrates
intelektual sifatnya, selain dari itu juga rasional. Menurut Socrates,
Manusia itu pada dasarnya baik. Seperti dengan selaga barang yang ada itu ada
tujuannya, begitu juga hidup Manusia. Keadaan dan tujuan Manusia ialah kebaikan
sifatnya dan kebaikan budinya. Dari pandangan Etik yang rasioal itu Socrates
sampai kepada sikap hidup, yang penuh rasa keagamaan. Menurut keyakinannya,
menderita kezaliman lebih baik dari berbuat zalim. Dalam segi pandangan
Socrates yang berisi keagamaan, terdapat pengaruh paham rasionalisme. Semuanya
itu menunjukkan kebulatan ajarannya, yang menjadikan ia sekarang Filosof yang
utama seluruh masa. Seperti juga Socrates etika Plato bersifat
intelektual dan rasional. Dasar ajarannya ialah mencapai budi baik. Pendapat
Plato seterusnya tentang etik bersendi pada ajarannya tentang idea.
Menurut Plato, ada dua
macam budi :
1.
Budi Filosofi yang timbul dari pengetahuan dengan pengertian.
2.
Budi yang biasa terbawa oleh kebiasaan orang banyak. Sikap hidup yang dipakai
tidak terbit dari keyakinan, melainkan disesuaikan kepada moral orang banyak.
Ada dua jalan yang
dapat ditempuh untuk melaksanakan dasar etik yaitu:
1.
melarikan diri dalampikiran dari dunia yang lahir dan hidup semata-mata dalam
dunia idea.
2.
mengusahakan berlakunya idea itu dalam dunia yang lahir ini.
Kedua-dua jalan itu di
tempuh oleh Plato. Tujuh etik Plato bersatu kembali pada bidang Agama, yang
menekankan bahwa budi adalah tujuan untuk melaksanakan idea keadilan dalam
penghidupan seseorang dalam Negara sebagai badan kolektif. Etik
Aristotheles pada dasarnya serupa dengan etik Socrates dan Plato.
Tujuannya mencapai Eudaemunic, kebahagiaan sebagai “Barang yang tertinggi”
dalam penghidupan. Tetapi ia memahamkannya secara realis dan sederhana. Ia
tidak bertanya tentang budi dan berlakunya seperti yang di kemukakan Socrates.
Ia tidak pulang menuju pengetahuan tentang idea yang di tegaskan oleh Plato. Ia
menuju kepada kebaikan yang tercapai oleh Manusia yang sesuai dengan jenisnya
laki-laki atau perempuan, derajatnya, kedudukannya atau pekerjaannya. Tugas
daripada etik ialah mendidik kemauan manusia untuk memiliki sikap yang
pantas dalam segala perbuatan. Budipikiran, seperti kebijaksanaan, kecerdasan
dan pendapat yang sehat lebih diutamakan oleh Aristotheles dari budi perengai,
seperti keberanian, kesederhanaan dan lain-lainnya. Keadilan dan persahabatan,
menurut Aristoteles adalah Budi yang menjadi dasar hidup bersama dalam keluarga
dan Negara.
Tokoh-Tokoh
yunani klasik
Para
sarjana filsafat mengatakan bahwa mempelajari filsafat Yunani berarti
menyaksikan kelahiran filsafat. Karena itu tidak ada pengantar filsafat yang
lebih ideal dari pada study perkembangan pemikiran filsafat di negeri Yunani.
Alfred Whitehead mengatakan tentang Plato: “All Western phylosophy is but a series
of footnotes to Plato”. Pada Plato dan filsafat Yunani umumnya dijumpai problem
filsafat yang masih dipersoalkan sampai hari ini. Tema-tema filsafat Yunani
seperti ada, menjadi, substansi, ruang, waktu, kebenaran, jiwa, pengenalan,
Allah dan dunia merupakan tema-tema bagi filsafat seluruhnya.
1.Filsuf-
Filsuf Pertama Ada tiga filsuf dari kota Miletos yaitu
Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Ketiganya secara khusus menaruh perhatian
pada alam dan kejadian-kejadian alamiah, terutama tertarik pada adanya
perubahan yang terus menerus di alam. Mereka mencari suatu asas atau prinsip
yang tetap tinggal sama di belakang perubahan-perubahan yang tak henti-hentinya
itu. Thales mengatakan bahwa prinsip itu adalah air, Anaximandros berpendapat
to apeiron atau yang tak terbatas sedangkan Anaximenes menunjuk udara. Thales
juga berpendapat bahwa bumi terletak di atas air. Tentang bumi, Anaximandros
mengatakan bahwa bumi persis berada di pusat jagat raya dengan jarak yang sama
terhadap semua badan yang lain. Sedangkan mengenai kehidupan bahwa semua
makhluk hidup berasal dari air dan bentuk hidup yang pertama adalah ikan. Dan
manusia pertama tumbuh dalam perut ikan. Sementara Anaximenes dapat dikatakan
sebagai pemikir pertama yang mengemukakan persamaan antara tubuh manusia dan
jagat raya. Udara di alam semesta ibarat jiwa yang dipupuk dengan pernapasan di
dalam tubuh manusia.
2.
Pythagoras. Filosof berikutnya adalah Pythagoras.
Ajaran-ajarannya yang pokok adalah pertama dikatakan bahwa jiwa tidak dapat
mati. Sesudah kematian manusia, jiwa pindah ke dalam hewan, dan setelah hewan
itu mati jiwa itu pindah lagi dan seterusnya. Tetapi dengan mensucikan dirinya,
jiwa dapat selamat dari reinkarnasi itu. Kedua dari penemuannya terhadap
interval-interval utama dari tangga nada yang diekspresikan dengan perbandingan
dengan bilangan-bilangan, Pythagoras menyatakan bahwa suatu gejala fisis
dikusai oleh hukum matematis. Bahkan katanya segala-galanya adalah bilangan.
Ketiga mengenai kosmos, Pythagoras menyatakan untuk pertama kalinya, bahwa
jagat raya bukanlah bumi melainkan Hestia (Api), sebagaimana perapian merupakan
pusat dari sebuah rumah.
3.
Herakletos. Pada jaman Pythagoras ada Herakleitos Di kota Ephesos dan menyatakan
bahwa api sebagai dasar segala sesuatu. Api adalah lambang perubahan, karena
api menyebabkan kayu atau bahan apa saja berubah menjadi abu sementara apinya
sendiri tetap menjadi api. Herakleitos juga berpandangan bahwa di dalam dunia
alamiah tidak sesuatupun yang tetap. Segala sesuatu yang ada sedang menjadi. Pernyataannya
yang masyhur “Pantarhei kai uden menei” yang artinya semuanya mengalir dan
tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap.
4.
Parmenides. Filosof pertama yang disebut sebagai peletak dasar metafisika adalah
Parmenides. Parmenides berpendapat bahwa yang ada ada, yang tidak ada tidak
ada. Konsekuensi dari pernyataan ini adalah yang ada 1) satu dan tidak terbagi, 2) kekal, tidak mungkin ada perubahan, 3)
sempurna, tidak bisa ditambah atau diambil darinya, 4) mengisi segala tempat,
akibatnya tidak mungkin ada gerak sebagaimana klaim Herakleitos.
5.Filsuf
Pruralis Empedokles. Para filsuf tersebut dikenal sebagai filsuf
monisme yaitu pendirian bahwa realitas seluruhnya bersifat satu karena terdiri
dari satu unsur saja. Para Filsuf berikut ini dikenal sebagai filsuf pluralis,
karena pandangannya yang menyatakan bahwa realitas terdiri dari banyak unsur. Empedokles
menyatakan bahwa realitas terdiri dari empat rizomata (akar) yaitu api, udara,
tanah dan air. Perubahan-perubahan yang terjadi di alam dikendalikan oleh dua
prinsip yaitu cinta (Philotes) dan benci (Neikos). Empedokles juga menerangkan
bahwa pengenalan (manusia) berdasarkan prinsip yang sama mengenal yang sama.
6.Filsuf
Prularis Anaxagoras. Pluralis yang berikutnya adalah
Anaxagoras, yang mengatakan bahwa realitas adalah terdiri dari sejumlah tak
terhingga spermata (benih). Berbeda dari Empedokles yang mengatakan bahwa
setiap unsur hanya memiliki kualitasnya sendiri seperti api adalah panas dan
air adalah basah, Anaxagoras mengatakan bahwa segalanya terdapat dalam
segalanya. Karena itu rambut dan kuku bisa tumbuh dari daging. Perubahan yang
membuat benih-benih menjadi kosmos hanya berupa satu prinsip yaitu Nus yang
berarti roh atau rasio. Nus tidak tercampur dalam benih-benih dan Nus mengenal
serta mengusai segala sesuatu. Karena itu, Anaxagoras dikatakan sebagai filsuf
pertama yang membedakan antara “yang ruhani” dan “yang jasmani”.
7.Leukippos
dan Demokritos. Pluralis Leukippos dan Demokritos juga
disebut sebagai filsuf atomis. Atomisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari
banyak unsur yang tak dapat dibagi-bagi lagi, karenanya unsur-unsur terakhir
ini disebut atomos. Lebih lanjut dikatakan bahwa atom-atom dibedakan melalui
tiga cara: (seperti A dan N), urutannya (seperti AN dan NA) dan posisinya
(seperti N dan Z). Jumlah atom tidak berhingga dan tidak mempunyai kualitas,
sebagaimana pandangan Parmenides atom-atom tidak dijadikan dan kekal.
Tetapi
Leukippos dan Demokritos menerima ruang kosong sehingga memungkinkan adanya
gerak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa realitas seluruhnya terdiri dari
dua hal: yang penuh yaitu atom-atom dan yang kosong. Menurut Demokritos jiwa
juga terdiri dari atom-atom. Menurutnya proses pengenalan manusia tidak lain
sebagai interaksi antar atom. Setiap benda mengeluarkan eidola
(gambaran-gambaran kecil yang terdiri dari atom-atom dan berbentuk sama seperti
benda itu). Eidola ini masuk ke dalam panca indra dan disalurkan kedalam jiwa
yang juga terdiri dari atom-atom eidola. Kualitas-kualitas yang manis, panas,
dingin dan sebagainya, semua hanya berkuantitatif belaka. Atom jiwa bersentuhan
dengan atom licin menyebabkan rasa manis, persentuhan dengan atom kesat
menimbulkan rasa pahit sedangkan sentuhan dengan atom berkecepatan tinggi
menyebabkan rasa panas, dan seterusnya.
2.2
Filsafat Yunani
Filsafat
zaman Yunani ini diwakili oleh Plato dan Aristoteles. Pada zaman
ini,pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan mulai berkembang. Mereka tidak lagi
hanya melihat keluar (oustside),akan
tetapi juga mulai melihat ke dalam (inside). Persoalan tentang manusia mulai
dipertanyakan. Misalnya, apa hakikat manusia? Dari ana manusia berasal? Dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut lahirlah suatu jawaban. Salah satunya adalah
jawaban yang muncul dari Plato bahwa hakikat manusia itu terdiri dari tubuh dan
jiwa. Secara struktur,jiwa lebih tinggi dari tubuh. Menurut Plato, tubuh
menjadi penjara jiwa. Jiwa akan bebas ketika ia lepas dari tubuhnya.
Sementara
itu, Aristoteles mengatakan hakikat manusia tidak terpisah antara tubuh dan jiwa. Tidak ada yang lebih tinggi secar struktur.
Manusia terdiri dari forma dan materi.
Faktor-faktor
lahirnya filsafat yunani
Terdapat
tiga faktor yang menjadikan filsafat yunani ini lahir, yaitu:
1. Bangsa yunani yang kaya akan mitos (dongeng), dimana
mitos dianggap sebagai awal dari uapaya orang untuk mengetahui atau mengerti.
2. Karya sastra yunani yang dapat dianggap sebagai
pendorong kelahiran filsafat yunani.
3. Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari
Babylonia (Mesir) di lembah sungai Nil, kemudian berkat kemampuan dan
kecakapannya ilmu-ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya
tidak didasrkan pada aspek praktis saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif.
Dengan
adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos (akal),
sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir.Periode yunani kuno ini
lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena pada periode
ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah dan perhatian
pemikirannya kepada apa yang diamati sekitarnya.mereka membuat
pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan
akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos.
Mereka
mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya mutlak, yang
berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah.Para pemikir filsafat
yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang
terletak di pesisir Asia Kecil.
2.3 Filsafat Abad Pertengahan
Filsafat
abad pertengahan lahirnya agama sebagai kekuatan baru. Banyak filsuf yang lahir
dari latar belakang rohaniwan. Dengan lahirnya agama-agama sebagai kekuatan
baru, wahyu menjadi otoritas dalam menentukan kebenaran.
Sejak
gereja (agama) mendominasi,peranan akal (filsafat) menjadi sangat
kecil. Karena, gereja telah membelokkan kreatifitas akal dan mengurangi kemam
puannya. Pada saat itu, pendidikan diserahkan pada tokoh-tokoh gereja yang
dikena ldengan
"The Scholastics",sehingga periode ini disebut dengan masa skolastik.
Para filosof aliran skolastik menerima doktrin gereja sebagai dasar pandangan
filosofisnya. Mereka berupaya memberikan pembenaran apa yang telah diterima
dari gereja secara rasional.
Di
antara filosof skolastik yang terkenal adalah Augustinus (354-430). Menurutnya,
dibalik keteraturan dan ketertiban alam semesta ini pastiada yang
mengendalikan,yaitu Tuhan. Kebenaran mutlak ada pada ajaran agama. Kebenaran
berpangkalpada aksioma bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah dari yang tidak ada (creatio
ex nihilo). Kehidupan yang terbaik adalah kehidupan bertapa,dan yang
terpenting adalah cinta pada Tuhan.
Ciri khas filsafat abad pertengahan
ini terletak
pada rumusan Santo Anselmus (1033-1109), yaitu credo ut intelligam (saya
percaya agar saya paham). Filsafat
ini jelas berbeda dengan sifat
filsafat raional yang lebih mendahulukan pengertian dari pada iman.
Faktor-faktor abad
pertengahan
Abad Pertengahan
Periode
Abad Pertengahan awal antara tahun 500-1000 merupakan masa transisi dalam
sejarah Eropa yg kacau sehingga disebut sebagai ‘abad kegelapan’. Periode ini
ditandai dengan :
- Invasi suku-suku barbar, mula-mula orang-orang Jerman (Goth, Frank,
Anglo-Saxon, dll), kemudian disusul bangsa Skandinavia (Viking) antara tahun
800-1000.
- Terbentuknya kerajaan-kerajaan Jerman dan terjadinya perang-perang
perebutan wilayah kekuasaan antara kerajaan-kerajaan tersebut.
- Kehancuran Romawi Barat menyebabkan ekonomi bergeser dari kota-kota ke
pedesaan. Pergeseran ini mendorong kemunculan sistem feodal di Eropa.
Disintegrasi
Kekaisaran Romawi Barat setelah sekitar 800 tahun dengan serangkaiaan
penaklukan ,ekspansi dan konsolidasi politik serta aktifitas kultural, kemudia
digantikan perannya oleh Gereja.Jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat, secara
politis membawa pengaruh terjadinya berbagai kerajaan barbar di Eropa.Setiap
kerajaan barbar harus berupaya menata pemerintahan sendiri,karena telah lepas
dari pengaturan dan pengawasan Kekaisaran Romawi.Adapun berbagai negara Jerman
yang penting,yang didirikan di atas reruntuhan Kerajaan Romawi Barat adalah:
-
Kerajaan Goth
Timur,wilayahnya meliputi Italia,Slav,dan Burgundia (Swiss)
- Kerajaan Goth Barat,meliputi Spanyol,Kerajaan Vandal di Afrika
Utara,Kerajaan Franka di Perancis,Belgia,Belanda,dan Jerman Barat.Sementara
itu,sumbangan bangsa Aglo-Saxons yang terhalau dari Jerman menyerbu ke tanah
Inggris,kemudian mendesak bangsa-bangsa Kelt yang datang lebih dulu ke
kepulauan itu.
Akibat
runtuhnya Romawi Barat,telah menyebabkan wajah Eropa menjadi masyarakat Agraris
dengan rumah tangga desa tertutup.Disitu tidak terdapat lalu lintas uang.Semua
wujud kemasyarakatan didasarkan atas kepemilikan tanah.Hanya pemilik tanah yang
memungkinkan adanya administrasi dan sistem militer negara,keadaan ini
menciptakan kebutuhan akan tanah-tanah luas.
Telah
terjadi anarkhi selama tiga abad (abad
VI,VII,VIII) pada masa Keruntuhan Romawi,tercipta ketidakstabilan
politik,terjadi anarkhi,tidak ada keamanan perorangan dan hak milik,di situ
terjadi pertentangan semua melawan semua.Kekerasan terjadi dimana-mana ,para
petani mencari perlindungan di sekitar benteng yang diperkuat terhadap ancaman
penyerbuan gerombolan bersenjata.Maka,orang-prang merdeka makin lama makin
tergantung pada tuan tanah,bahkan ada yang membayar dengan kemerdekaanya,tuan
tanah bertindak sebagai pelindung kaum tani dan harta kekayaannya digunakan
untuk biaya perang dan untuk memberi bantuan dalam bahaya
kelaparan.Sebaliknya,balas jasa mengerjakan tanah untuk kepentingan tuan
tanahnya.Dengan adanya kenyataan tersebut terjadilah hubungan foedal,para
petani bersumpah setia dalam ikatan foedal untuk memenuhi kebutuhan hidup para
tuan tanah yang memberi bantuan dan perlindungan,keselamatan hidup demi tuan
tanah.
2.4 Filsafat Modern
Masa filsafat modern diawali dengan munculnya
Renaissance sekitar abad XV dan XVI M , yang bermaksud melahirkan kembali
kebudayaan klasik Yunani-Romawi. Berangkat dari keinginan leas dari dogma-dogma,
akhirnya muncul semangat untuk kembali menggali kekayaan filsafat
Yunani klasik. Problem utama asa
Renaissance, sebagaimana periode skolastik, adalah sintesa agama dan filsafat
dengan arah yang berbeda. Era
Renaissance ditandai dengan tercurahnya perhatian pada berbagai bidang
kemanusiaan,baik sebagai individu maupun sosial.
Diantara filosofm asa Renaissance adalah FrancisBacon
(1561-1626). Ia berpendapat bahwa filsafat harus dipisahkan dari teologi.
Meskipun ia meyakini bahwa penalaran dapat menunjukkan Tuhan,
tetapi ia menganggap bahwa segala sesuatu yang bercirikan lain dalam teologi
hanya dapat diketahui dengan wahyu, sedangkan wahyu sepenuhnya bergantung pada
penalaran. Hal ini menunjukkan bahwa Bacon termasuk orang yang
membenarkan konsep kebenaran ganda (double truth),yaitu kebenaran akal
dan wahyu. Puncak masa Renaissance muncul pada era Rene Descartes(1596-1650)
yang dianggap sebagai Bapak Filsafat Modern dan pelopor aliran
Rasionalisme. Argumentasi yang dimajukan bertujuan untuk melepaskan diri dari
kungkungan gereja. Hal ini tampak dalam sem boyannya "cogito ergo sum "(saya
berpikirm aka saya ada). Pernyataan
ini sangat terkenal dalam perkembangan pemikiran modern, karena mengangkat
kembali derajat rasio dan pemikiran sebagai indikasi eksistensi setiap individu.
Dalam hal ini,filsafat kembali mendapatkan kejayaannya dan
mengalahkan peran agama, karena dengan rasio manusia dapat memperoleh
kebenaran. Kemudian muncul aliran Empirisme, dengan pelopor utamanya, Thomas
Hobbes (1588-1679) dan John Locke (1632-1704). Aliran Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan dan
pengenalan berasal dari pengalaman,baik pengalaman batiniah maupun lahiriah.
Aliran ini juga menekankan pengenalan inderawi sebagai bentuk pengenalan yang
sempurna.
Di
tengah bergemanya pem ikiran rasionalisme dan empirisme, muncul gagasan baru di
Inggris, yang kemudian berkembang ke Perancis dan akhirnya ke Jerman. Masa ini
dikenal dengan Aufklarung atau Enlightenment atau masa pencerahan
sekitar abad XVIII M . Pada masa Aufklarung ini muncul keinginan manusia modern
menyingkap misteri dunia dengan kekuatan akal dan kebebasan berpikir. Tokoh
filsuf yang yang sangat mengagungkan kekuatan akal dan dianggap sebagai Bapak
Filsafat Modern adalah Rene Descartes. Pada abad inidirum uskan adanya
keterpisahan rasio dari agama, akal terlepas dari kungkungan gereja, sehingga
Voltaire (1694-1778) menyebutnya sebagai the age of reason (zaman
penalaran). Sebagai salah satu konsekuensinya adalah supremasi rasio berkem
bang pesat yang pada gilirannya mendorong berkem bangnya filsafat dan
sains.Periode filsafat modern di Barat menunjukkan adanya pergeseran, segala
bentuk dom inasi gereja, kependetaan dan anggapan bahwa kitab suci sebagai
satu-satunya sum berpengetahuan diporak-porandakan. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa abad
merupakan era pembalasan terhadap zaman solastik yang didominasi gereja.
Zaman Renaisans (bahasa Inggris:
Renaissance) adalah sebuah gerakan budaya yang berkembang pada periode
kira-kira dari abad ke-14 sampai abad ke-17, dimulai di Italia pada Abad
Pertengahan Akhir dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa. Meskipun pemakaian
kertas dan penemuan barang metal mempercepat penyebaran ide-idenya dari abad
ke-15 dan seterusnya, perubahan Renaissance tidak terjadi secara bersama maupun
dapat dirasakan di seluruh Eropa.Sesudah mengalami masa kebudayaan tradisional
yang sepenuhnya diwarnai oleh ajaran Kristiani,orang-orang kini mencari
orientasi dan inspirasi baru sebagai alternatif dari kebudayaan Yunani-Romawi
sebagai satu-satunya kebudayaan lain yang mereka kenal dengan baik.Kebudayaan
klasik ini dipuja dan dijadikan model serta dasar bagi seluruh peradaban
manusia.
Dalam dunia politik, budaya
Renaissance berkontribusi dalam pengembangan konvensi diplomasi, dan dalam ilmu
peningkatan ketergantungan pada sebuah observasi. Sejarawan sering berargumen
bahwa transformasi intelektual ini adalah jembatan antara Abad Pertengahan dan
sejarah modern. Meskipun Renaissance dipenuhi revolusi terjadi di banyak
kegiatan intelektual, serta pergolakan sosial dan politik, Renasaince mungkin
paling dikenal karena perkembangan artistik dan kontribusi dari polimatik
seperti Leonardo da Vinci dan Michelangelo, yang terinspirasi dengan istilah
"Manusia Renaissance".
Ada
konsensus bahwa Renaissance dimulai di Florence, Italia, pada abad
ke-14.Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan asal-usulnya dan
karakteristik, berfokus pada berbagai faktor termasuk kekhasan sosial dan
kemasyarakatan dari Florence pada beberapa waktu, struktur politik,perlindungan
keluarga dominan, Wangsa Medici dan migrasi sarjana Yunani dan terjemahan teks
ke bahasa Italia setelah Kejatuhan Konstantinopel di tangan Turki Utsmani.
Kata Renaissance, yang terjemahan literal dari bahasa Perancis ke dalam
bahasa Inggris adalah "Rebirth" (atau dalam bahasa Indonesia
"Kelahiran kembali"), pertama kali digunakan dan didefinisikan oleh
sejarawan Perancis Jules Michelet pada tahun 1855 dalam karyanya, Histoire de
France. Kata Renaissance juga telah diperluas untuk gerakan sejarah dan budaya lainnya,
seperti Carolingian Renaissance dan Renaissance dari abad ke-12.
2.5 Filsafat Posmodern
Filsafat posmodern ditandai dengan keinginan untuk
mendobrak sifat-sifat filsafat modern yang mengagungkan keuniversalitasan,
kebenaran tunggal, dan kebebasnilaian. Karena itu, filsafat posmodern sangat
mengagungkan nilai-nilai relativitasdan mininarasi, berbeda dengan filsafat
modern yang mengagungkan narasi-narasi besar. Filsafat posmodern cenderung
lebih beragam dalam hal pemikirian.
Pada awal abad XX, di Inggris dan Amerika muncul
aliran Pragmatisme yang dipeloporioleh Wiam Jam es(1842-1910). Sebenarnya,
Pragmatisme awalnya diperkenalkan oleh C.S. Pierce (1839-1914). Menurutnya,
kepercayaan menghasilkan kebiasaan, dan berbagai kepercayaan dapat dibedakan
dengan membandingkan kebiasaan yang dihasilkan. Oleh karena itu,kepercayaan
adalah aturan bertindak.
Wiam James berpendapat bahwa teori adalah alat untuk
memecahkan m asalah dalam pengalaman hidup manusia. Karena itu,teori dianggap
benar, jika teori berfungsi bagi kehidupan manusia. Sedangkan agama, menurutnya, mem
punyai arti sebagai perasaan (feelings),tindakan (acts) dan
pengalam an individu m anusia ketika mencoba memahami hubungan dan posisinya
dihadapan apa yang m ereka anggap suci. Dengan demikian, keagamaan bersifat
unik dan membuat individu menyadari bahwa dunia merupakan bagian dari sistem
spiritual yang dengan sendirinya memberinilai bagi atau
kepadanya.
Agak berbeda dengan Wiam James, tokoh Pragmatisme
lainnya, John Dewey (1859-1952) menyatakan bahwa tugas filsafat
yang terpenting adalah memberikan pengarahan pada perbuatan anusia dalam praktek hidup yang harus berpijak
pada pengalaman.Pada saat yang bersamaan,juga berkembang aliran Fenomenologi di
Jerman yang dipelopori oleh Edmund Husserl (1859-1938). Menurutnya, untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar ialah dengan menggunakan intuisi langsung,
karena dapat dijadikan kriteria terakhir dalam filsafat. Baginya,Fenomenologi
sebenarnya merupakan teori tentang fenomena ia mempelajari apa yang tampak atau
yang menampakkan diri. Pada abad tersebut juga lahir aliran Eksistensialisme
yang dirintis oleh Soren Kierkegaard (1813-1855). Tokoh terpenting dalam aliran
ini adalah Jean Paul Sartre (1905-1980) yang berpandangan atheistik.
Menurutnya, Tuhan tidak ada, atau sekurang-kurangnya manusia bukan ciptaan
Tuhan. Eksistensi manusia mendahului esensinya; manusia
bebas menentukan semuanya untuk dirinya dan untuk seluruh manusia.
Menurut Pauline Rosenau (1992) postmodernisme
merupakan kritik atas masyarakat modern dan kegagalannya memenuhi
janji-janjinya. Juga postmodern cenderung mengkritik segala sesuatu yang
diasosiasikan dengan modernitas, yaitu pada
akumulasi pengalaman peradaban Barat adalah industrialisasi, urbanisasi,
kemajuan teknologi, negara bangsa, kehidupan dalam jalur cepat. Namun mereka
meragukan prioritas-prioritas modern seperti karier, jabatan, tanggung jawab
personal, birokrasi, demokrasi liberal, toleransi, humanisme, egalitarianisme,
penelitian objektif, kriteria evaluasi, prosedur netral, peraturan impersonal
dan rasionalitas. teoritisi postmodern cenderung menolak apa yang biasanya
dikenal dengan pandangan dunia (world view), metanarasi, totalitas, dan
sebagainya.
Dalam bukunya Mengenal Posmodernisme : for
begginers, Appignanesi, Garrat, Sardar, dan Curry (1998) mengatakan bahwa
postmodernisme menyiratkan pengingkaran, bahwa ia bukan modern lagi.
Postmodernisme, pada hakikatnya, merupakan campuran dari beberapa atau seluruh
pemaknaan hasil, akibat, perkembangan, penyangkalan, dan penolakan dari modernisme
Postmodernisme adalah kebingungan yang berasal dari dua teka-teki besar, yaitu:
Ia melawan
dan mengaburkan pengertian postmodernisme Ia menyiratkan pengetahuan yang
lengkap tentang modernisme yang telah dilampaui oleh zaman baru. Sebuah zaman,
zaman apapun, dicirikan lewat bukti perubahan sejarah dalam cara kita melihat,
berpikir, dan berbuat. Kita dapat mengenali perubahan ini pada lingkup seni, teori, dan sejarah
ekonomi.
Tokoh-tokoh
memegang peran penting sebab tokohlah, sebagai subyek, yang bertugas untuk
mengakumulasikan konsep-konsep sehingga menjadi teori. Setiap tokoh adalah mata
rantai terakhir dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuam demi kemajuan umat
manusia secara keseluruhan. Tokoh – tokoh periode postmodernisme antara lain:
1. Charles Sanders Peirce
Peirce lahir
di USA ( 1839-1914). Sebagai ahli semiotika, logika, dan matematika, Pairce
lahir sezaman dengan saussure tetapi Peirce melangkah lebih jauh daripada
Saussure dengan latar belakang sebagai ahli filsafat, ia dapat melihat dunia di
luar struktur sebagai struktur bermakna. Berbeda dengan Saussure dengan
konsep diadik, Peirce menawarkan konsep triadik sehingga terjadi jeda antara
oposisi biner. Pierce jugalah yang mengembangkan teori umum tanda-tanda,
sebaliknya Saussure lebih banyak terlibat dalam teori linguistik umum.
Pada dasarnya Peirce tidak
banyak mempermasalahkan estetika dalam tulisan-tulisannya. Akan tetapi
teori-teorinya mengenai tanda menjadi dasar pembicaran estetika generasi
berikutnya. Menurutnya makana tanda yang sesungguhnya adalah mengemukakan
sesuatu. Tanda harus diinterpretasikan agar dari tanda yang orisinil berkembang
tanda-tanda yang baru. Tanda selalu terikat dengan sistem budaya, tanda-tanda
tidak bersifat konvensional, dipahami menurut perjanjian, tidak ada tanda yang
bebas konteks. Tanda selalu bersifat plural, tanda-tanda hanya berfungsi
kaitannya denga tanda lain.
2.
Roman Osipocich Jakobson
Jakobson adalah seorang linguist, ahli sastra,
dan semiotikus yang lahir di Rusia (1896-1982). Pusat perhatiannya adalah
integrasi bahasa dan sastra sesuai dengan tulisannya yang berjudul “Linguistics
and Poetics”. Jakobson melukisakan antar hubungan tersebut dengan
mensejajarkan enam faktor bahasa dan enam fungsi bahasa yang disebut poetic
function of lenguage.
Enam faktor bahasa, yaitu:
Contecxt
Addresser
Message
Addressee
Contact
Code
Enam fungsi
bahasa, yaitu:
Referential
Emotive
Poetic
Conative
Phatic
Metalingual
3. Jan
Mukarovsky
Mukarovsky lahir di Bohemia(1891-1975). Sebagai
pengikut strukturalisme Praha, ia kemudian mengalami pergeseran perhatian dari
struktur ke arah tanggapan pembaca. Aliran inilah yang disebut strukturalisme
dinamik. Sebagai pengikut kelompok formalis, ia memandang bahwa aspek estetis
dihasilkan melalui fungsi puitika bahasa, seperti deotomatisasi, membuat aneh,
penyimpangan, dan pembongkaran norma-norma lainnya. Meskipun demikian, ia
melangkah lebih jauh, aspek estetika melalui karya seni sebagai tanda, karya
sastra sebagai fakta transindividual. Singkatnya, karya sastra harus dipahami
dalam kerangka konteks sosial, aspek estetis terikat dengan entitas sosial
tertentu.
Peran
penting Mukarovsky adalah kemampuannya untuk menunjukkan dinamika antara
totalitas karya dengan totalitas pembaca sebagai penanggap. Ia membawa karya
sastra sebagai dunia yang otonom tetapi selalu dalam kaitannya dengan tanggapan
pembaca yang berubah-ubah. Menurutnya, sebagai struktur dinamik, karya sastra
selalu baerada dalam tegangan antara penulis, pembaca, kenyataan, dan karya itu
sendiri
4.
Hans Robert Jauss
Jauss lahir di Jerman. ahli sastra dan kebudayaan
abad pertengahan, Jauss ingin memperbaharui cara-cara lama yang semata-mata
mendiskripsikan aspek-aspek kesejarahan sehingga menjadi lebih bersifat
hermeneuitas. Tetapi di pihak lain, ia juga
ingin memperbaharui kelemahan kelompok formalis yang semata-mata bersifat
estetis dan kelompok Marxis yang semata-mata bersifat kenyataan.
Tujuan pokok Jauss adalah memebongkar
kecenderungan sejarah sastra tradisional yang dianggap bersifat universal
teleologis, sejarah sastra yang lebih banyak berkaitan dengan sejarah nasional,
sejarah umum, dan rangkaian periode. Konsekuensi loguisnya adalah keterlibatan
pembaca. Untuk mempertegas peranan pembaca ini, Jauss mengintroduksi konsep
horison harapan (Erwatungshorizont). Horison harapan mengandaikan
harapan pembaca, cakrawala pembaca, citra yang timbul sebagai akibat proses
pembacaan terdahulu. Jadi, nilai sebuah karya, aspek-aspek estetis yang
ditimbulkannya bergantung dari hubungan antara unsur-unsur karya dengan horison
harapan pembaca.
5.
Jurij Mikhailovich Lotman
Lotman lahir
di rusia (1922). Lotman (Fokkema-Kunne Ibsch, 1977: 2) adalah seorang ahli
semiotika struktural, ahli Rusia abad XVII dan XIX. Konsep dasar yang
dikemukakan adalah peranan bahasa sebagai sistem model pertama (ein primares
modellbildendens system) (PMS) sekaligus sebagai sistem model kedua (ein
sekundares modellbildendes system) (SMS), seperti sastra, film, seni,
musik, agama, dan mitos. Dalam sejarah sastra barat, Lotman (1977: 24-25) juga
membedakan antara estetika persamaan atau identitas (the aesthetic of identy)
dengan estetika pertentangan atau oposisi (the aesthetic of opposition).
Estetika pertama merupakan ciri khas foklor atau karya-karya sastra lama.
Sedangkan estetika yang kedua merupakan ciri karya-karya romantisme, realisme, garda
depan, dan karya-karya sastra modern.menurut Lotman (Fokkema dan Kunne-Ibsch,
1977: 41-43), karya sastra yang bermutu tinggi justru karya-karya yang
menawarkan banyak entropy, kaya dengan ketidakterdugaan yang tinggi.
Aspek estetis dicapai dengan adanya kaitan erat antara aspek semantis dengan
aspek formal teks, sehingga dalam bahasa sehari-hari yang tidak memiliki makna
menjadi bermakna.
6.
Roland Barthes
Barthes
adalah seorang ahli semiotika, kritikus sastra, khususnya naratologi. Barthes
lahir di Cherbourg, Perancis (1915-1980). Barhes dan dengan pengikutnya menolak
keras pandangan tradisional yang menganggap pengarang sebagai asal-usul tunggal
karya seni. Jenis paradigma ini telah dikemukakan oleh kelompok strukturalis,
makna karya sastra terletak dalam struktur dengan kualitas regulasinya. Melalui
Bartheskarya sastra mempunyai kekuatan baru, memperoleh kebebasan khususnya
penafsiran pembaca. Meskipun demikian kenikmatan dan kebahagiaan dalam membaca
teks mempunyai arti yang lebih luas, dan dengan sendirinya lebih etis dan
estetis. Konsep lain yang dikemukakan adalah teks sebagai readerly (lisible)
dan writterly (rewritten/scriptible). Teks tidak semata-mata
untuk dibaca, tetapi juga untuk ditulis (kembali). Dalam entensitas readerly
penulislah yang aktif, sedangkan pembaca bersifat pasif. Sebaliknya dalam writterly,
dengan anggapan bahwa penulis berada dalam kontruksi anonimitas, maka
pembacalah yang bersifat aktif, melalui aktivitas menulis.
7.
Umberto Eco
Eco adalah
seorang semiotikus, kritikus, novelis, dan jurnalis, lahir di Piedmot, Italia
(1932). Menurut Eco (1979: 7), semiotika dikaitkan dengan segala sesuatu yang
berhubungan dengan tanda. Menurut Eco (1979: 182-183) semua bidang dapat
dikenal sebagai kode sejauh mengungkapkan fungsi estetik setiap unsurnya. Sama
dengan Peirce, esensi tanda adalah kesanggupannya dalam mewakili suatu tanda.
Setiap kode memiliki konteks, sebagai konteks sosiokultural. Oleh karena
itulah, teori tanda harus mampu menjelaskan mengapa sebuah tanda memiliki banyak
makna dan akhirnya bagaimana makna-makna baru bisa terbentuk. Dalam hubungan
inilah dibedakan menjadi dua unsur, pertama, unsur yang dapat
disesuaikan atau diramalkan oleh kode, seperti simbol dalam pengertian Peirce. Kedua,
adalah unsur yang tidak bisa disesuaikan dengan mudah, misalnya ikon dalam
pengertian Peirce.
Ciri-ciri Filsafat
Ciri-ciri
Filsafat Yunani
1.
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah seputar pertanyaan
hakikat kehidupan
2.
pertanyaan tentang asal-asul alam
(Heraklitos: api,Thales: air)
3.
pertanyaan asal usul manusia
(Aristoteles,dualisme jiwa dan tubuh: Plato) berkem bangkonsep kebenaran
(konsep relativitas: Protagoras, konsep objektivitas;Socrates)
Ciri-ciri
Filsafat Abad Pertengahan
1.
filsafat pada abad pertengahan bercam
purdengan keyakinan agama
2.
Tuhan dijadikan sebagaipijakan dalam
setiap penjelajahan filsafat
3.
Im plikasinya terlihat pada kurang
berkembangnya rasio
4.
Filsafat yang dikembangkan adalah
filsafat ketuhanan
5.
Tokoh-tokoh: Thomas Acquinas dan
Santo Agustinus
Ciri-ciri Filsafat Pencerahan
1 filsafat pencerahan dinilai
dari keinginan kembali menggali dari khasanah filsafat Yunani
2 masa ini ditandai pula
dengan penem uan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan manusia
3 peradaban Islam membantu
filsafat Barat dalam penggalian khasanah filsafat Yunani klasik
4 m anusia m em ilikikebebasan
untuk berpikir
Ciri-ciri Filsafat modern
1 sebagai konsekuensi dari
berkem bangnya pemikiran manusia, pemikiran manusia mulai merambah ke seluruh
aspek kehidupan manusia
2 berkem bangnya ilmu pengetahuan
dengan pesat
3 perkem bangan ilmu didukung
pula oleh revolusi industri di Inggris
4 pada masa inibeberapa filsuf yang sangat dikenal di dunia filsafat adalah filsuf Descartes,John Locke,dan Immanuel Kant
Ciri-ciri
filsafat posmodern
1 sebagai reaksi dari berkembangnya pemikiran filsafat modern
2 pemikiran posmodern
mengkritisi logosentrisme filsafat modern yang berusaha m enjadikan rasio
sebagaiinstrumen utama
3 filsafat posmodern
berkembang dalam dua jalur:-filsafat holistik-filsafat dekonstruksi
Terdapat
delapan karakter sosiologis postmodernisme yang menonjol, yaitu :
1. Timbulnya pemberontakan secara kritis terhadap proyek
modernitas; memudarnya kepercayaan pada agama yang bersifat transenden
(meta-narasi); dan diterimanya pandangan pluralisme relativisme kebenaran.
2. Meledaknya industri media massa, sehingga ia bagaikan
perpanjangan dari sistem indera, organ dan saraf kita, yang pada urutannya
menjadikan dunia menjadi terasa kecil. Lebih dari itu, kekuatan media massa
telah menjelma bagaikan “agama” atau “tuhan” sekuler, dalam artian perilaku
orang tidak lagi ditentukan oleh agama-agama tradisional, tetapi tanpa disadari
telah diatur oleh media massa, semisal program televisi.
3.
Munculnya radikalisme etnis dan keagamaan. Fenomena ini muncul diduga sebagai
reaksi atau alternatif ketika orang semakin meragukan terhadap kebenaran sains,
teknologi dan filsafat yang dinilai gagal memenuhi janjinya untuk membebaskan
manusia, tetapi sebaliknya, yang terjadi adalah penindasan.
4. Munculnya kecenderungan baru untuk menemukan identitas
dan apresiasi serta keterikatan rasionalisme dengan masa lalu.
5. Semakin menguatnya wilayah perkotaan (urban) sebagai
pusat kebudayaan, dan wilayah pedesaan sebagai daerah pinggiran. Pola ini juga
berlaku bagi menguatnya dominasi negara maju atas negara berkembang. Ibarat
negara maju sebagai “titik pusat” yang menentukan gerak pada “lingkaran
pinggir”.
6. Semakin terbukanya peluang bagi klas-klas sosial atau
kelompok untuk mengemukakan pendapat secara lebih bebas. Dengan kata lain, era
postmodernisme telah ikut mendorong bagi proses demokratisasi.
7. Era postmodernisme juga ditandai dengan munculnya
kecenderungan bagi tumbuhnya eklektisisme dan pencampuradukan dari berbagai
wacana, potret serpihan-serpihan realitas, sehingga seseorang sulit untuk
ditempatkan secara ketat pada kelompok budaya secara eksklusif.
8. Bahasa yang digunakan dalam waacana postmodernisme
seringkali mengesankan ketidakjelasan makna dan inkonsistensi sehingga apa yang
disebut “era postmodernisme” banyak mengandung paradoks
C. Filasfat
yang Berada di Indonesia
3.1
Pengertian Filsafat Pancasila
Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat
dalam filsafat Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa
filsuf Indonesia. Pancasila dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila
senantiasa diperbarui sesuai dengan “permintaan” rezim yang berkuasa, sehingga
Pancasila berbeda dari waktu ke waktu.
1. Filsafat
Pancasila Asli
Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat Barat. Hal ini merujuk pidato
Sukarno di BPUPKI dan banyak pendiri bangsa merupakan alumni Universitas di
Eropa, di mana filsafat barat merupakan salah satu materi kuliah mereka.
Pancasila terinspirasi konsep humanisme, rasionalisme, universalisme,
sosiodemokrasi, sosialisme Jerman, demokrasi parlementer, dan nasionalisme.
2. Filsafat
Pancasila versi Soekarno
Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Soekarno sejak 1955 sampai
berakhirnya kekuasaannya (1965). Pada saat itu Sukarno selalu menyatakan bahwa
Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan
tradisi Indonesia dan akulturasi budaya India (Hindu-Budha), Barat (Kristen),
dan Arab (Islam). Menurut Sukarno “Ketuhanan” adalah asli berasal dari
Indonesia, “Keadilan Soasial” terinspirasi dari konsep Ratu Adil. Sukarno tidak
pernah menyinggung atau mempropagandakan “Persatuan”.
3.
Filsafat Pancasila versi Soeharto
Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi. Melalui filsuf-filsuf
yang disponsori Depdikbud, semua elemen Barat disingkirkan dan diganti
interpretasinya dalam budaya Indonesia, sehingga menghasilkan “Pancasila truly
Indonesia”. Semua sila dalam Pancasila adalah asli Indonesia dan Pancasila
dijabarkan menjadi lebih rinci (butir-butir Pancasila). Filsuf Indonesia yang
bekerja dan mempromosikan bahwa filsafat Pancasila adalah truly Indonesia
antara lain Sunoto, R. Parmono, Gerson W. Bawengan, Wasito Poespoprodjo,
Burhanuddin Salam, Bambang Daroeso, Paulus Wahana, Azhary, Suhadi, Kaelan,
Moertono, Soerjanto Poespowardojo, dan Moerdiono.
Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian filsafat Pancasila secara umum adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian filsafat Pancasila secara umum adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
Dan kalau dibedakan filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti
praktis, filsafast Pancasila digolongkan dalam arti praktis. Ini berarti bahwa
filsafat Pancasila di dalam mengadakan pemikiran yang sedalam-dalamnya, tidak
hanya bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tidak sekedar untuk
memenuhi hasrat ingin tahu dari manusia yang tidak habis-habisnya, tetapi juga
dan terutama hasil pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila tersebut
dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari (pandangan hidup, filsafat
hidup, way of the life, Weltanschaung dan sebgainya); agar hidupnya dapat
mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat.
Selanjutnya filsafat Pancasila mengukur adanya kebenaran yang bermacam-macam dan bertingkat-tingkat sebagai berikut:
Selanjutnya filsafat Pancasila mengukur adanya kebenaran yang bermacam-macam dan bertingkat-tingkat sebagai berikut:
1.
Kebenaran indra (pengetahuan biasa);
2.
Kebenaran ilmiah (ilmu-ilmu pengetahuan);
3.
Kebenaran filosofis (filsafat);
4.
Kebenaran religius (religi).
3.2
Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa Dan Negara Indonesia
1. Filasafat Pancasila Sebagai
Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Setiapa bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah
mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup (filsafata
hidup). Dengan pandangan hidup inilah sesuatu bangsa akan memandang
persoalan-persoalan yang dihadapinya dan menentukan arah serta cara bagaimana
memecahkan persoalan-persoalan tadi. Tanpa memiliki pandangan hidup maka suatu
bangsa akan merasa terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-persoalan besar
yang pasti akan timbul, baik persoalan-persoalan di dalam masyarakatnya
sendiri, maupun persoalan-persoalan besar umat manusia dalam pergaulan
masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan pandangan hidup yang jelas
sesuatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan
masalah-masalah polotik, ekonomi, sosial dan budaya yang timbul dalam gerak
masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman pada pandangan hidup itu pula
suatu bangsa akan membangun dirinya.
Dalam pergaulan hidup itu terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan sesuatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Pada akhirnyta pandangan hidup sesuatu bangsa adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.
Dan Pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup ketatanegaraan. Hal ini tampak dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun dalam 3 buah UUD yang pernah kita miliki yaitu dalam pembukaan UUD 1945, dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia 1950. Pancasila itu tetap tercantum didalamnya, Pancasila yang lalu dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional itu, Pancasila yang selalu menjadi pegangan bersama saat-saat terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap eksistensi bangsa kita, merupakan bukti sejarah sebagai dasar kerohanian negar, dikehendaki oleh bangsa Indonesia karena sebenarnya ia telah tertanam dalam kalbunya rakyat. Oleh karena itu, ia juga merupakan dasar yang mamapu mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.
Dalam pergaulan hidup itu terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan sesuatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Pada akhirnyta pandangan hidup sesuatu bangsa adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.
Dan Pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup ketatanegaraan. Hal ini tampak dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun dalam 3 buah UUD yang pernah kita miliki yaitu dalam pembukaan UUD 1945, dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia 1950. Pancasila itu tetap tercantum didalamnya, Pancasila yang lalu dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional itu, Pancasila yang selalu menjadi pegangan bersama saat-saat terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap eksistensi bangsa kita, merupakan bukti sejarah sebagai dasar kerohanian negar, dikehendaki oleh bangsa Indonesia karena sebenarnya ia telah tertanam dalam kalbunya rakyat. Oleh karena itu, ia juga merupakan dasar yang mamapu mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.
3.3 Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang
I dari BPPK pada tanggal 1 Juni 1945 adalah di kandung maksud untuk dijadikan
dasar bagi negara Indonesia merdeka. Adapun dasar itu haruslah berupa suatu
filsafat yang menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indonesa
yang merdeka. Di atas dasar itulah akan didirikan gedung Republik Indonesia
sebagai perwujudan kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan ekonomi,
sosial dan budaya.
Sidang
BPPK telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar negara Indonesia
merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945
Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan UUD RI, Undang-Undang Dasar
yang menjadi sumber ketatanegaraan harus mengandung unsur-unsur pokok yang kuat
yang menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa dan negara, agar peraturan
dasar itu tahan uji sepanjang masa.
Oleh
karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai seluruh isi
peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara sebagaimana jelas
tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tersebut, maka semua peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia yang dikeluarkan oleh negara dan
pemerintah Republik Indonesia haruslah pula sejiwa dan sejalan dengan Pancasila
(dijiwai oleh dasar negara Pancasila). Dasar negara kita berakar pada
sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa Indonesia, Pancasila adalah penjelmaan
dari kepribadian bangsa Indonesia, yang hidup di tanah air kita sejak dahulu
hingga sekarang.
3.4
Filsafat Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia
Menurut
Dewan Perancang Nasional, yang dimaksudkan dengan kepribadian Indonesia ialah :
Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia, yang membedakan bangsa Indonesia
dengan bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia
adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia
sepanjang masa.
Garis
pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang ditentukan oleh kehidupan
budi bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat, lingkungan dan suasana waktu
sepanjang masa. Walaupun bangsa Indonesia sejak dahulu kala bergaul dengan
berbagai peradaban kebudayaan bangsa lain (Hindu, Tiongkok, Portugis, Spanyol,
Belanda dan lain-lain) namun kepribadian bangsa Indonesia tetap hidup dan
berkembang. Mungkin di sana-sini, misalnya di daerah-daerah tertentu atau
masyarakat kota kepribadian itu dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur asing, namun
pada dasarnya bangsa Indonesia tetap hidup dalam kepribadiannya sendiri. Bangsa
Indonesia secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-bangsa lain. Apabila kita
memperhatikan tiap sila dari Pancasila, maka akan tampak dengan jelas bahwa
tiap sila Pancasila itu adalah pencerminan dari bangsa kita.
Oleh karena itu yang penting adalah bagaimana kita memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidupan. Tanpa ini maka Pancasila hanya akan merupakan rangkaian kata-kata indah yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945, yang merupakan perumusan yang beku dan mati, serta tidak mempunyai arti bagi kehidupan bangsa kita.
Oleh karena itu yang penting adalah bagaimana kita memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidupan. Tanpa ini maka Pancasila hanya akan merupakan rangkaian kata-kata indah yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945, yang merupakan perumusan yang beku dan mati, serta tidak mempunyai arti bagi kehidupan bangsa kita.
3.5
Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia
Falsafah Pancasila sebagai dasar
falsafah negara Indonesia, dapatlah kita temukan dalam beberapa dokumen
historis dan di dalam perundang-undangan negara Indonesia seperti di bawah ini
:
a.
Dalam Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945.
b.
Dalam Naskah Politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV yang
kemudian dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 (terkenal dengan sebutan
Piagam Jakarta).
c.
Dalam naskah Pembukaan UUD Proklamasi 1945, alinea IV.
d.
Dalam Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tanggal 27 Desember
1945, alinea IV.
e.
Dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia (UUDS RI) tanggal 17 Agustus
1950.
f.
Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden RI tanggal 5 Juli
1959.
Mengenai perumusan dan tata urutan Pancasila yang tercantum dalam dokumen historis dan perundang-undangan negara tersebut di atas adalah agak berlainan tetapi inti dan fundamennya adalah tetap sama sebagai berikut :
Mengenai perumusan dan tata urutan Pancasila yang tercantum dalam dokumen historis dan perundang-undangan negara tersebut di atas adalah agak berlainan tetapi inti dan fundamennya adalah tetap sama sebagai berikut :
1.
Pancasila Sebagai Dasar Falsafat Negara Dalam Pidato Tanggal 1 Juni 1945 Oleh
Ir. Soekarno
2. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Naskah Politik Yang Bersejarah (Piagam Jakarta Tanggal 22 Juni 1945)
2. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Naskah Politik Yang Bersejarah (Piagam Jakarta Tanggal 22 Juni 1945)
3.
Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Pembukaan UUD 1945
4.
Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah Konstitusi RIS 1949
5.
Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah UUD Sementara RI
(UUDS-RI 1950)
3.6
Perkembangan Penerapan Pancasila
Memahami
peran Pancasila sekarang ini, khususnya dalam konteks filsafat nilai-nilai yang
terkandung didalamnya, merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara
Indonesia memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap
yang sama terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Apalagi manakala dikaji perkembangannya
secara konstitusional terakhir ini dihadapkan pada situasi yang tidak kondusif
sehingga kridibilitasnya menjadi diragukan, diperdebatkan, baik dalam wacana
politis maupun akademis.
Di
era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan
menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Elit
politik dan masyarakat terkesan masa bodoh dalam melakukan implementasi
nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila memang
sedang kehilangan legitimasi, rujukan dan elan vitalnya. Sebab utamannya sudah
umum kita ketahui, karena rejim Orde Lama dan Orde Baru menempatkan Pancasila
sebagai alat kekuasaan yang otoriter.
Terlepas dari kelemahan masa lalu, sebagai konsensus dasar dari kedirian bangsa ini, Pancasila harus tetap sebagai ideologi kebangsaan. Pancasila harus tetap menjadi dasar dari penuntasan persoalan kebangsaan yang kompleks seperti globalisasi yang selalu mendikte, krisis ekonomi yang belum terlihat penyelesaiannya, dinamika politik lokal yang berpotensi disintegrasi, dan segregasi sosial dan konflik komunalisme yang masih rawan. Kelihatannya, yang diperlukan dalam konteks era reformasi adalah pendekatan-pendekatan yang lebih konseptual, komprehensif, konsisten, integratif, sederhana dan relevan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Terlepas dari kelemahan masa lalu, sebagai konsensus dasar dari kedirian bangsa ini, Pancasila harus tetap sebagai ideologi kebangsaan. Pancasila harus tetap menjadi dasar dari penuntasan persoalan kebangsaan yang kompleks seperti globalisasi yang selalu mendikte, krisis ekonomi yang belum terlihat penyelesaiannya, dinamika politik lokal yang berpotensi disintegrasi, dan segregasi sosial dan konflik komunalisme yang masih rawan. Kelihatannya, yang diperlukan dalam konteks era reformasi adalah pendekatan-pendekatan yang lebih konseptual, komprehensif, konsisten, integratif, sederhana dan relevan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Di era reformasi ini ada gejala Pancasila ikut “terdeskreditkan” sebagai bagian dari pengalaman masa lalu yang buruk. Sebagai suatu konsepsi politik Pancasila pernah dipakai sebagai legitimasi ideologis dalam membenarkan negara Orde Baru dengan segala sepak terjangnya. Sungguh suatu ironi sampai muncul kesan di masa lalu bahwa mengkritik pemerintahan Orde Baru dianggap “anti Pancasila“.
Jadi
sulit untuk dielakkan jika ekarang ini muncul pendeskreditan atas Pancasila.
Pancasila ikut disalahkan dan menjadi sebab kehancuran. Orang gamang untuk
berbicara Pancasila dan merasa tidak perlu untuk membicarakannya. Bahkan bisa
jadi orang yang berbicara Pancasila dianggap ingin kembali ke masa lalu. Anak
muda menampakkan kealpaan bahkan phobia-nya apabila berhubungan dengan
Pancasila. Salah satunya ditunjukkan dari pernyataan Ketua Umum Gerakan
Mahasiswa dan Pemuda Indonesia M Danial Nafis pada penutupan Kongres I GMPI di
Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Senin, 3 Maret 2008 bahwa kaum muda yang
diharapkan menjadi penerus kepemimpinan bangsa ternyata abai dengan Pancasila.
Pernyataan ini didasarkan pada hasil survey yang dilakukan oleh aktivis gerakan
nasionalis tersebut pada 2006 bahwa sebanyak 80 persen
mahasiswa memilih syariah sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara. Sebanyak 15,5 persen responden memilih aliran sosialisme dengan berbagai varian sebagai acuan hidup dan hanya 4,5 persen responden yang masih memandang Pancasila tetap layak sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara.
mahasiswa memilih syariah sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara. Sebanyak 15,5 persen responden memilih aliran sosialisme dengan berbagai varian sebagai acuan hidup dan hanya 4,5 persen responden yang masih memandang Pancasila tetap layak sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara.
Di
sisi lain, rezim reformasi sekarang ini juga menampakkan diri untuk “malu-malu”
terhadap Pancasila. Jika kita simak kebijakan yang dikeluarkan ataupun berbagai
pernyataan dari pejabat negara, mereka tidak pernah lagi mengikutkan kata-kata
Pancasila. Hal ini jauh berbeda dengan masa Orde Baru yang hampir setiap pernyataan
pejabatnya menyertakan kata – kata Pancasila Menarik sekali pertanyaan yang
dikemukakan Peter Lewuk yaitu apakah Rezim Reformasi ini masih memiliki
konsistensi dan komitmen terhadap Pancasila? Dinyatakan bahwa Rezim Reformasi
tampaknya ogah
dan alergi bicara tentang Pancasila. Mungkin Rezim Reformasi mempunyai cara sendiri mempraktikkan Pancasila. Rezim ini tidak ingin dinilai melakukan indoktrinasi Pancasila dan tidak ingin menjadi seperti dua rezim sebelumnya yang menjadikan Pancasila sebagai ideologi kekuasaan. untuk melegitimasikan kelanggengan otoritarianisme Orde Lama dan otoritarianisme Orde Baru Saat ini orang mulai sedikit- demi sedikit membicarakan kembali Pancasila dan menjadikannya sebagai wacana publik. Beberapa istilah baru diperkenalkan untuk melihat kembali Pancasila. Kuntowijoyo memberikan
pemahaman baru yang dinamakan radikalisasi Pancasila
Sesungguhnya jika dikatakan bahwa rezim sekarang alergi terhadap Pancasila tidak sepenuhnya benar. Pernyataan tegas dari negara mengenai Pancasila menurut penulis dewasa ini adalah dikeluarkannya ketetapan MPR No XVIII/ MPR /1998 tentang Pencabutan Ketetapan MPR RI No II / MPR / 1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka Prasetya Pancakarsa) dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai dasar Negara. Pada pasal 1 Ketetapan tersebut dinyatakan bahwa Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.
dan alergi bicara tentang Pancasila. Mungkin Rezim Reformasi mempunyai cara sendiri mempraktikkan Pancasila. Rezim ini tidak ingin dinilai melakukan indoktrinasi Pancasila dan tidak ingin menjadi seperti dua rezim sebelumnya yang menjadikan Pancasila sebagai ideologi kekuasaan. untuk melegitimasikan kelanggengan otoritarianisme Orde Lama dan otoritarianisme Orde Baru Saat ini orang mulai sedikit- demi sedikit membicarakan kembali Pancasila dan menjadikannya sebagai wacana publik. Beberapa istilah baru diperkenalkan untuk melihat kembali Pancasila. Kuntowijoyo memberikan
pemahaman baru yang dinamakan radikalisasi Pancasila
Sesungguhnya jika dikatakan bahwa rezim sekarang alergi terhadap Pancasila tidak sepenuhnya benar. Pernyataan tegas dari negara mengenai Pancasila menurut penulis dewasa ini adalah dikeluarkannya ketetapan MPR No XVIII/ MPR /1998 tentang Pencabutan Ketetapan MPR RI No II / MPR / 1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka Prasetya Pancakarsa) dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai dasar Negara. Pada pasal 1 Ketetapan tersebut dinyatakan bahwa Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.
Berdasar
uraian di atas menunjukkan bahwa di era reformasi ini elemen masyarakat bangsa
tetap menginginkan Pancasila meskipun dalam pemaknaan yang berbeda dari orde
sebelumnya. Demikian pula negara atau rezim yang berkuasa tetap menempatkan
Pancasila dalam bangunan negara Indonesia. Selanjutnya juga keinginan
menjalankan Pancasila ini dalam praktek kehidupan bernegara atau lazim
dinyatakan dengan istilah melaksanakan Pancasila. Justru dengan demikian
memunculkan masalah yang menarik yaitu bagaimana melaksanakan Pancasila itu
dalam kehidupan bernegara ini.
PENUTUP
KESIMPULAN
Kelahiran
pemikiran Filsafat Barat diawali pada abad ke-6 sebelum Masehi, yang diawali
oleh runtuhnya mite-mite dan dongeng-dongeng yang selama ini menjadi pembenaran
terhadap setiap gejala alam. Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM
mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai
sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Dalam sejarah filsafat
biasanay filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat,
karena dunia barat (Erofa Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada
pemikiran yunani.
Pada
masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan
penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli
pikir tidka puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui
budinya. Mereka menanyakan dan mencari jawabannya apakah sebetulnya alam itu.
Ciri yang menonjol dari Filsafat Yunani Kuno di awal kelahirannya adalah
ditunjukkannya perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik
sebagai ikhtiar guna menemukan suatu (arche) yang merupakan unsur awal
terjadinya segala gejala.
DAFTAR PUSTAKA
http://scarmakalah.blogspot.co.id/2012/02/filsafat-abad-pertengahan.html
diunduh 22 september 2015,
pukul 17:02